expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Pengunjung

Taat Untuk Menang




Sudahkah Saya Benar-Benar Taat

Sudahkah Anda memiliki ketaatan? Sering kali kita tidak akan tahu sebelum mengintrospeksi dan menguji diri kita sendiri. Nah, untuk membantu melakukannya, tanyakan pada diri anda hal-hal berikut ini :

1. Apakah Anda prote saat keinginan Anda tak terkabul?
Kita sudah berdoa sekian lama untuk sesuatu, tapi ternyata Tuhan menjawab TIDAK. wajar jika kita kecewa. Tapi, apa reaksi Anda atas jawaban itu? Apakah Proter, "Ngambek", kehilangan semangat mengikuti Dia, ataukah Anda bisa menerima dan bersikap seperti Paulus yang "bermegah dalam kelemahan" karna didalam kelemahannya, maka kuasa Tuhan akan sempurna. (2 Korintus 12 : 9). Inilah taat sejati!

2. Apakah setiap permintaan dilakukan dengan sukacita?
Meski kita melakukan apa yang diperintahkan tersebut, tapi jika kita melakukan tanpa sukacita, maka ketaatan itu belum menjadi sempurna. Itu adalah ketaatan Yunus yang baru mau melakukan apa yang Tuhan perintahkan setelah merasakan akibatnya jika memberontak. Bandingkan ini dengan Paulus uang bahkan tetap bersukacita saat ia berada di penjara.

3. Apakah Anda sama taatnya melakukan pekerjaan besar atau kecil?
Apakah melakukan pekerjaan mudah atau sulit, apakah itu melakukan pekerjaan bergengsi atau yang remeh, kita tetapmelakukannya dengan taat dan serius? Itulah ketaatan yang sejati.

4. Apakah Anda harus selalu diingatkan untuk taat?
Anda taat menuruti perintah, tapi Anda harus selalu berulang kali diingatkan bahkan diperingatkan terlebih dulu. Ketaatan sejati seharusnya berasal dari dalam diri sendiri. Meski awalnya kita mungkin tidak taat, tapi ketika kemudian kita mendapat pengertian atau peringatan tentang pentingnyataat, maka kita lalu tidakmharus selalu diingatkan lagi untuk taat. Anda menjadi orang yang taat secara aktif, bukan pasif. Itulah yang Tuhan inginkan.

5. Apakah Anda harus tahu dulu alasan sebuah perintah baru kemudian mau taat?
Kadang, sikap ini memang baik. Dengan bertanya, artinya kita tetap kritis dan menunjukkan kita memang sungguh-sungguh ingin melakukan dengan benar. Namun ada kalanya kita tidak selalu mendapat penjelasan. Tuhan pun sering kali memberi jawaban justrunsetelah kita selesai melakukan perintah-Nya. Sering kali orang meributkan alasan karna mereka hanya ingin tahu apa manfaat melakukan perintah tersebut bagi diri mereka. Dan ini tentu saja bukan ketaatan sejati.

6. Apakah Anda sudah mengerahkan segenap usaha?
Ya, ketaatan menurut totalitas. Bukan dengan setengah hati atau setengah pikiran saja. Dengan demikian , orang yang taat juga ingin menghasilkan yang terbaik dalam pekerjaanya.

Mengapa Taat?
Jika kita memang sudah ditebus-Nya, jika kita memang pada dasarnya tidak punya kemampuan untuk menyelamatkan diri kita sendiri sehingga kita harus diselamatkan-Nya, lalu untuk apa kita harus taat? Berikut adalah tujuh alasan kita harus menaati-Nya.


1. Tugas kita
Kenapa kita harus taat kepada Tuhan? Ya, karna itu adalah tugas dan kewajiban kita. Yesus sudah menebus kita (Kis. 20 : 28), Ia sudah membeli kita dan kita kini sudah menjadi milik-Nya. Karna itu sudah semestinya bila kini kita harus taat pada apa yang dikatakan-Nya. Kita taat bukan supanya kita diselamatkan, tetapi kita taat karna kita sudah diselamatkan-Nya. Itu sebabnya, ketaatan ini juga seharusnya timbul dari hati. Kita melakukan karna kita ingin melakukannya, bukan harus apalagi terpaksa melakukannya.


2. Untuk kebaikan kita sendiri
Kita percaya bahwa perintah Tuhan adalah untuk kebaikan kita sendiri. Ia adalah pencipta kita, jadi Dialah yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita. Meski ada kalanya kita mungkin tidak mengerti kenapa harus melakukan ini atau itu, tapi faktanya jika kita saja sering kali harus butuh orang lain untuk menolong kita memilih, apalagi jika yang kita turuti adalah Sang Pencipta sendiri. Kita hidup untuk mewujudkan Tujuan-Nya atas hidup kita (Ef. 2 : 10).


3. Mendapatkan Berkat-Nya
Berkat tertingi dan terbesar yang sudah kita dapatkan adalah keselamatan. Dan ini bukan karna ketaatan kita. Tapi, berkat disini adalah seperti yang Matius 6 : 19 - 21 katakan. Apakah itu secara jasmani atau rohani, apakah itu berkat di kehidupan saat ini, masa depan, atau berkat di kehidupan abadi nanti, itu semua juga adalah berkat yang akan diperoleh mereka yang mau hidup taat dan setia.


4. Karna Kita Mengasihi-Nya
Berkat akan diterima oleh mereka yang taat. Tapi berkat tidak seharusnya menjadi motivasi utama kita dalam mengikuti Dia. Yang harus menjadi motivasi utama kita adalah Kasih. Kita taat karna kita mengasihi Dia yang sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Kita taat sebagai wijud ucapan syukur kita kepada-Nya. Kita taat karna kita ingin menyenangkan-Nya. Dan kasih kita kepada-Nya tercermin dari apakah kita taat kepada-Nya (Yoh. 14 : 15, 23 ; 1 Yoh. 5 : 3).


5. Karna kita ingin memuliakan Nama-Nya
Saat ini kita taat kepada-Nya, Hidup (perkataan dan perbuatan) kita pasti akan menjadi teladan yang baik bagi orang-orang disekitar kita juga. Dari sinilah orang bisa mulai memuliakan Bapa di surga karna dari sini kita bisa mulai menceritakan tentang Dia kepada orang-orang disekitar kita (1 Pet. 2 : 12). Jangan sampai hidup kita justru membuat Firman-Nya dihujat oleh orang lain (Tit. 2 : 5).


6. Supaya kita menjadi seperti-Nya
Awalnya, Allah menciptakan manusia segambar dengan-Nya, tapi gambar itu rusak akibat dosa. Karna itu, dengan status kita yang baru, yaitu sebagai anak Allah dan manusia yang telah ditebus-Nya, kita kembali memiliki kesempatan untuk hidup sebagai mana hakikat manusia yang adalah citra-Nya. Caranya tentu saja adalah kita harus meneladani Dia dan menaati segala firman dan perintah-Nya (1 Yoh. 2 : 4 - 5).


7. Untuk Masa Depan Kita
Kita percaya bahwa mereka yang percaya dan setia pada Allah nantinya akan tinggal bersama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. Dan karna Allah adalah mulia dan suci, maka darimana kita bisa belajar hidup kudus jika tidak dari sekarang, yaitu dengan cara menaati apa yang Ia perintahkan? Itu sebabnya kita harus belajar taat mulai dari sekarang, agar kita nanti bisa layak bersama dengan-Nya.


Taat Yang Keliru

Taat memang adalah satu kata yang kesannya positif. Namun demikian, tidak semua taat itu baik. Berikut ini adalah beberapa bentuk taat yang tidak seharusnya dilakukan.

1. Taat karna ingin mendapatkan sesuatu
Sebagai warga negara, maka kita wajib taat pada hukum dan aturan negara. Sebagai anak, maka kita berkewajiban patuh terhadap orang tua. Sebagai anak-Nya, kita wajib taat pada aturan firman Tuhan. Kita taat bukan karna ingin mendapatkan pujian atau hadiah. Motivasi taat adalah kesadaran bahwa kita menyadari kedudukan kita, bukan karna ingin mendapatkan sesuatu.

2. Taat karena takut dihukum atau rugi
Ada orang taat karna ia takut Tuhan marah padanya. Ia takut jika tidak mendapatberkat. Mengapa motivasi taat seperti ini salah? Karena orang yang taat kepada-Nya pun bukan berarti dia tidak akan mengalami masalah. Tak heran, jika orang dengan motivasi seperti ini Tuhan izinkan mendapat masalah, maka iya akan kecewa, berontak, menyerah, bahkan tidak mau taat pada Tuhan. Padahal, Tuhan ingin kita taat karna mengasihi-Nya, bukan karna takut atau mengincar berkat-Nya saja.

3. Taat yang ditunda
Taat bukan hanya berbicara tentang apakah kita mengerjakan atau tidak, tapi kapan kita mengerjakannya. Sebuah perintah yang diberikan hari ini bisa jadi sudah tidak akan berguna lagi jika dikerjakan besok pagi. Ya, taat membutuhkan kedisiplinan dalam melakukannya. Bangsa Israel pernah mendapat murka Allah karena meski mereka mau membangun rumah Tuhan, tapi mereka menunda-nunda melakukannya (Hagai 1 : 2). Ya, taat berarti kita tidak lagi main tawar-menawar dengan si pemberi perintah. Jika ketaatan tersebut hanya dilakukan berdasarkan minat ataupun mood kita, maka itu bukanlah ketaatan melainkan ketidak sekarela.

4. Taat karena ada yang mengawasi
Orang melanggar lampu lalu lintas karena tak ada polisi tentu sudah sering kita lihat. Serius bekerja hanya saat ada atasan atau bersikap hormat pada orang tua dan pasangan pada saat ada tamu, juga mungkin sering kita lihat. Banyak orang taat karena ada pengawas. Tapi, ini juga bukan taat, melainkan hanya pura-pura taat. Ketaatan justru di nilai saat tidak ada yang memerhatikan dan menilai kita. Apalagi kita harus ingat bahwa saat tidak ada otoritas disekitar kita pun, akan selalu ada otoritas tertinggi yang selalu melihat apa yang kita lakukan. Itulah sebabnya Kolose 3 : 23 mengingatkan kita agar melakukan segala sesuatu seperti kita melakukannya untuk Tuhan.

5. Taat setengah-setengah
Ketaatan itu membutuhkan totalitas. Ini tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah saja. Tuhan mengingatkan kita agar tidak suam-suam kuku dan harus total dalam melakukan sesuatu yang kita lakukan (Wahyu 3 : 16). Jika Tidak, maka apa yang kita lakukan untuk Dia tersebut akan sia-sia dan "dimuntahkan"-Nya kembali. Ketaatan yang setengah-setengah adalah pada saat kita menawa-nawar apa yang sudah ditetapkan untuk kita taati. Kita mau taat berdoa asalkan tidak usah memberi. Kita sudah merasa melayani sehingga tidak perlu lagi berbuat baik diluar gereja. Kita merasa sudah memberi sehingga tidak perlu lagi menjaga perkataan kita. Itulah contoh ketaatan yang hanya setengah-setengah. Tentu saja, Tuhan tidak akan berkenan pada ketaatan yang seperti itu.

6. Taat pada hal keliru
Meskipun di nomor 3 dikatakan bahwa taat membutuhkan kedisiplinan untuk segera menjalankannya, tapi apa yang kita taati juga berpengaruh. Adolf Eichmann adalah pemimpin Kamp Konsentrasi yang telah menewaskan banyak orang Yahudi pada zaman Nazi. Ketika ditanya di pengadilan mengapaia melakukan itu, dia berkata: "Saya hanya menaati perintah". Ini mungkin memang ketaatan. Tapi apakah ketaatan ini bisa dibenarkan? Tentu saja tidak. Taat pada suatu yang salah akan membuat kita salah. Taat yang tidak didasarkan pada kebenaran membuat ketaatan kita tidak benar.

Perbedaan Melakukan Sesuatu Karena Taat dan Karena Takut


Taat

  1. Melakukan sesuatu karena sadar bahwa itu memang adalah tanggung jawabnya.
  2. Sikapnya sama dimanapun dan dalam keadaan apa pun; sikapnya tidak ditentukan oleh bagaimana keadaannya.
  3. Melakukan sesuatu dengan kerelaan hati.
  4. Sikap yang timbul karena ketaatan biasanya bertahan lama karena ini adalah karakter.
  5. Sikap yang timbul karena ketaatan biasanya dimotivasi oleh kasih, Respek, dan ucapan syukur.
  6. Berujung pada kesetiaan atau loyalitas.
  7. Melakukan sesuatu dengan disertai damai sejahtera.
  8. Tujuannya untuk menyenangkan orang / aturan yang sudah sepantasnya ia hormati dan taati.
Takut
  1. Melakukan sesuatu karena ada konsekuensinya (tidak mendapatkan sesuatu atau takut kehilangan sesuatu).
  2. Sikapnya tergantung dari keadaan sekitarnya; yang ia takuti melihatnya, ada disekitarnya, mengetahuinya atau tidak.
  3. Ia melakukan sesuatu dengan perasaan terpaksa.
  4. Sikap yang timbul karena rasa takut biasanya tidak bertahan lama.
  5. Sikap yang timbul karena rasa takut biasanya dimotivasi oleh egoisme - tidak mau diri sendiri rugi.
  6. Bisa berujung pada pemberontakan dan pembangkangan.
  7. Melakukan sesuatu dengan disertai tekanan.
  8. Tujuannya untuk mencari aman diri sendiri; agar diri sendiri tidak rugi.
Dilema Taat

Ketaatan adalah bagian yang penting dalam kehidupan orang kristen. Tuhan sudah menunjukkan bagaimana Ia taat hingga akhir untuk menyelamatkan kita. Sekarang, tugas kita adalah untuk menaatinya. Tapi, tantangan dan hambatan untuk taat pun selalu ada. Sering kali, tantangan itu lalu memunculkan dilema. Nah apa saja tantangan dari ketaatan dan bagaimana kita bisa mengatasinya?

1. Ketika ketaatan mensyaratkan pengorbanan
Taat menjadi sulit dilakukan saat kita harus kehilangan sesuatu atau tepatnya mengorbankan sesuatu. Saat mau taat hidup kudus, kita harus bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu kita, meski orang-orang di sekitar kita melakukan yang sebaliknya. Saat kita mau taat memberi, kita harus dapat mengorbankan keinginan membeli sesuatu dengan uang itu. Bagaimana kita bisa menang dengan hambatan ini? Jawabannya adalah dengan iman akan janji Tuhan. Iman akan memunculkan pengharapan bagi kita, dan iman itu membutuhkan kataatan. Jadi, alih-alih fokus pada hambatannya, fokuskan pada iman dan Tuhan.

2. Ketika ketaatan melebihi pikiran
Alkitab berisi banyak sekali kisah ketika seorang harus taat meski Tuhan memerintahkan padanya suatu hal yang tampak tak masuk akal. Abraham dijanjikan Tuhan memiliki banyak keturunan, tapi Tuhan sendiri yang kemudian menyuruhnya untuk mempersembahkan Ishak, anak satu-satunya. Gideon disuruh menyerang 120 ribu pasukan hanya dengan 300 orang. Yosua disuruh mengalahkan Yerikho dengan cara mengelilingi temboknya saja. Petrus diminta menjala ikan justru di siang hari dan banyak hal lain. Semuanya secara nalar tidak masuk akal. Tapi, disinilah ketaatan kita (Yes. 55 : 8 - 9). Ya, dalam hal taat kepada Tuhan, kadang kita tak bisa bersandar pada pengertian diri sendiri. Percayalah bahwa Tuhan akan memberi yang terbaik meski kita dituntut untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal (Ams. 3 : 5 - 6).

3. Ketika Ketaatan = Melawan Arus
Ketaatan mungkin lebih mudah jika semua orang mendukung kita. Tapi akan sulit jika ketaatan berarti melawan arus, bahkan membuat kita harus berdiri sendiri. Banyak orang gagal taat hanya karena ia ingin bisa diterima dan tidak mau diolok-olok, dikucilkan, dianggap aneh, dll. Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego mengalaminya, demikian juga Nur atau Yosua, dan tentu saja Yesus sendiri.

4. Ketika ketaatan membuat kita menderita
Ketaatan bukan tak mungkin memunculkan penderitaan. Yesus mengatakan barangsiapa ingin menjadi murid-Nya, maka dia harus memikul salib (Luk. 14 : 27). Dia tidak berjanji  kita akan bebas masalah saat kita memutuskan untuk taat dan menjadi murid-Nya. Tapi ditengah penderitaan, pencobaan serta tantangan itu, Dia akan menyediakan Damai Sejahtera, sukacita dan kesatuan dengan Dia. Artinya, saat kita mau taat dan mau "memikul salib", Ia pasti akan membantu kita untuk tetap kuat dan mendapatkan penghiburan.

No comments:

Post a Comment